Ad Code

Konsultasi Cinta (?): Takut si Dia Marah

Beberapa hari yang lalu, gue habis kopdar dengan salah satu teman dunia maya gue dengan jenis kelamin pria (sebut saja si A), sekalian ngambil barang pesenan gue. Sebelum bertemu, gue sama dia biasa cerita-cerita gitu sih. Dasar gue juga kepo, jadi-lah memancing agar dia menceritakan kehidupan cintanya dan dia-pun bercerita dengan sangat senang hati.
 
Kita bukan geng motor yang suka kopdar kok. Serius.
Pendahuluan.
Hubungan si A dengan pacarnya ini berjalan dengan sedikit tidak harmonis. Hubungan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya. Melihat golongan darah si A adalah B maka dapat dilihat bahwa dia ada sifat keras, sedangkan pacarnya memiliki golongan darah A yang suka ngatur. Kalo dilihat dari sini sih, aslinya B sama A agak gak cocok, tapi nyokap bokap gue B sama A berhasil juga tuh (everything will works if you both try to work on it!).
Awal gue kenal sama si A, cerita dia adalah bahwa si pacar sangat tidak perhatian, tidak mau ngalah, tidak mau salah, sangat egois, masih sayang sama mantan, dan memiliki keinginan untuk putus (kayaknya sih karena bosen, entah mau nyoba sama yang lain atau gimana). Akhirnya si A selalu mengalah, kalah, dan takut untuk berbicara. Jadi setiap mereka berdebat, perdebatannya semakin lama akan semakin panas dan tanpa penyelesaian berarti. Bisa dibilang tingkat kenyamanan mereka berdua saat itu sangat rendah.
Waktu awal-awal itu, gue ngasih saran untuk mengungkapkan perasaan dia secara baik-baik dan melakukan hal-hal yang ga biasa mereka lakukan (karena dugaan awal mengacu pada kejenuhan), maksudnya bisa berjalan-jalan ke tempat yang belum pernah mereka lalui atau justru ke tempat-tempat manis yang bisa membuat mereka mengingat kenangan indah disana (cieilah!).
Well, it wasn't working or he wasn't try it perfectly or his girlfiend had really tired that time. Si pacar tetep minta putus atau break, entah yang mana. Pokoknya di otak gue mereka udah putus. Time goes by~
 
Permasalahan beberapa waktu lalu.
Beberapa bulan sesudahnya, ternyata si A bilang mereka masih pacaran. Dia menganggap bahwa permintaan pacarnya kemarin hanya sekedar break dan mereka akan melakukan introspeksi diri. Suatu hari si A datang ke wisuda perempuan ini dan bersama lah mereka seharian. Tanpa sengaja, si A melihat pesan-pesan di hp sang wanita. Di ketahui-lah bahwa si wanita melakukan gocekan ke pria lain, yang ternyata temen si A juga. Mirisnya, perilaku si wanita ke pria lain itu jauh berbeda dengan perilaku si wanita kepada A. Jauh lebih perhatian, selalu ramah, dan bahkan beberapa kali ada kode minta dinikahin (lol!). Hm, Tuhan Maha Adil, karma does exist! Si wanita pun bilang bahwa dia meresakan apa yang dia lakukan ke A karena pria lain itu sama sekali tidak tertarik dengan si wanita.
Si A terlanjur sakit hati dan sudah mencari pelampiasan bertemu wanita lain (yang ternyata sudah menikah) melalui game online. But, mereka tetep balikan dan kata si A, wanita-nya juga jadi perhatian. Sampai suatu hari, wanita ini mengetahui bahwa si A bertukar pesan dengan wanita lain, bahkan wanita lain ini memanggil dia "sayang". Akhirnya wanita marah dan kembali menjadi cuek. Si A pun menghentikan aktivitas bertukar pesan dengan wanita lain ini. Permasalahan sekarang, si A tidak yakin bahwa mereka cocok dan wanita-nya betul-betul sayang atau tidak, kalo putus takut gak ada yang mau nerima dia apa adanya (fisiknya sekarang kurang kece, kata dia). Bimbang. Ini sangat mengganggu siklus tidur dan pikiran. Tidak sehat.

Takut Dia Marah. Ceyem.
 
Pembahasan.
Sebetulnya, kejadian si A ini kemungkinan besar terjadinya sangat besar. Wanita ini pada waktu itu masih sayang sama mantannya. Awal hubungan yang sebetulnya sudah salah. Si A bahkan susah untuk mengungkapkan kebaikan yang wanita lakukan, sedangkan untuk mengungkapkan keburukannya sangat lancar. Ini tanda bahwa dia tidak nyaman.
Solusinya cuma satu, bicara. Tanyakan baik-baik dan ungkapkan apa yang mengganjal di hati kamu. Syaratnya, kalian harus merasa siap dan sanggup kehilangan pasangan, caranya ya tawakal dan percaya bahwa jodoh pasti ada.

Pembicaraan gue sama dia kurang lebih begini. (G = Gue)
G: kamu bahkan gak bisa nyebutin kebaikan dia. pilihannya satu, putus.
A: takutnya ga ada yang bisa nerima aku lagi.
G: kalo gitu pilihan kedua, bicarakan dengan tegas, tapi ini juga ada resiko putus.
A: bicara gimana?
G: tanya aja "kamu sayang sama aku gak?"
A: paling dia marah atau jawab "memang kamu ga bisa liat?"
G: ya jujur aja, jawab "ngga"
A: nanti tambah marah "AAAA?????D?D?D?S?DS" (lupa gue)
G: ya bilang aja "oh jadi kamu ga sayang sama aku"
A: nanti dia tambah marah?
G: ada tiga pilihan, marah, diem, dan klarifikasi
A: kalo marah?
G: (udah) gak sayang
A: kalo diem
G: (udah) gak sayang
A: jadi cuma satu
G: iya cuma satu, klarifikasi. kalo udah gitu kalian bisa bicara heart-to-heart
A: haf susah
G: hahaha pasti bisa, latian dulu di kaca. nanti aku ingetin tiap hari.

Penyelesaian.
Keesokan harinya. Dia bbm. "Thank you ya, lega banget sekarang". Jadi dia melakukan hal itu, bicara ditambah sedikit ketegasan. Untungnya si Wanita terbukti agak peduli (ternyata). Alhamdulillah yah, sesuatu banget. Congrats for the better relationship! Happy for you, dude.

bicara adalah kunci
Saran.
Keterbukaan itu hal yang sangat penting dalam hubungan. Lebih baik dia menjauhi kamu karena menjadi diri kamu, daripada dia mendekati kamu dengan kamu yang tersiksa. Hubungan yang baik adalah hubungan yang memiliki rasa saling menerima, menghormati, dan menghargai pasangan. Cari lah pasangan yang membuat kamu nyaman dalam hal 'ngobrol', itu satu-satunya yang bisa kalian lakukan ketika tua. Cinta itu berasal dari hormon, bisa hilang dimakan waktu. Sesudahnya hanya ada kenyamanan dan kasih sayang.

Ad Code