Semuanya telah berakhir
Terkadang kita merasa bahwa semua
hal itu telah selesai dan ternyata belum. Mungkin sekarang hal yang akan aku
bicarakan telah selesai, tetapi ternyata 2 tahun kemarin hal itu belom selesai
walaupun aku pikir sudah. Menjadi ikhlas dan memaafkan orang lain dengan
sebenarnya sungguh sangat sulit, aku tidak tahu bahwa hal tersebut akan
mempengaruhi psikologisku mengenai hal tersebut. Pada kenyataannya itu sangat
mempengaruhi aku dan bahkan hampir tidak bisa melanjutkan kehidupan
selanjutnya, ini bukan soal kelanjutan hidup secara sebenarnya tetapi soal
cinta.
Mungkin kalian akan bosan membaca
cerita mengenai cinta, aku hanya suka menulis dan akan menuliskan perasaan yang aku rasakan pada
blogku sendiri. Aku rasa itu suatu hal yang wajar dan tidak ada masalah bukan?
Aku pun bosan menulis cerita mengenai cinta. Apa yang hebat dari cinta? Cinta
memang sangat hebat dan orang bahkan bisa berubah karena cinta. Aku bosan bukan
karena cinta tetapi karena objek yang menyebabkannya adalah orang yang sama
seperti 2 tahun yang lalu. Mungkin kalian akan menertawakanku mengenai hal itu,
aku pun demikian bahkan aku sudah menertawai diriku sendiri sejak lama.
Aku baru sadar bahwa aku telah memaafkan
dia adalah hari ini. Mungkin dia benar, pada saat dia meminta maaf dan aku bilang
aku sudah memaafkan dia, mungkin dia tahu aku berbohong bahkan diriku sendiri
pun tidak tahu. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku bahwa aku telah memaafkannya
dan aku baik-baik saja akan hal yang dia lakukan kemarin. Aku begitu tenggelam
dalam pikiranku sendiri dan tidak memperhatikan perasaan aku sama sekali. Aku
sibuk menyuruh perasaanku agar sesuai dengan pikiranku. Aku jahat pada diriku
sendiri, aku telah membohonginya.
Pagi itu pun, aku langsung
berkata pada sahabatku ‘kau tau aku baru bisa memaafkan dia sekarang! Selama
ini aku masih terbayang-bayang oleh masa lalu, perasaan sakit yang dulu timbul.
OMG’. Aku tidak keberatan, setidaknya sekarang aku merasa bebas dan merasa
bahwa yang dia lakukan dulu bukanlah suatu masalah sekarang. Tidak heran aku memutuskan
untuk sendiri dalam jangka waktu yang menurutku cukup panjang, 2 tahun.
Pada hari itu juga aku
merindukannya pada saat bersamaan, merindukan dia sebagai pendengar dan teman
cerita yang baik, walaupun sekarang semuanya telah berubah dan menurutku dia
bukanlah dia yang dulu aku kenal. Aku tidak tahu dia yang sebenarnya adalah dia
yang mana. Dia yang menurut aku baik atau dia yang menurut aku sudah berubah.
Aku menyukainya ketika kami bertemu kembali setelah lama tidak berjumpa, hari
itu seperti nostalgia akan masa lalu yang telah hilang. Mungkin kami dulu bisa
saja menjadi sahabat yang cukup baik, tetapi sepertinya kami memang tidak
ditakdirkan untuk bersahabat. Jadi sekarang aku akan menikmati kebebasanku
untuk menghirup udara tanpa perasaan kecewa yang melandaku dulu. Ini semua
sudah berakhir, setidaknya perasaanku sudah berkata ‘itu bukan suatu masalah’
dan aku tidak pernah marah dan sedih ketika mengingat hari ketika aku
mengetahui kenyataan yang menyakitkan itu. Semuanya telah berakhir.